Profil Desa Penaruban
Ketahui informasi secara rinci Desa Penaruban mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Penaruban, Kecamatan Bukateja, sentra industri kerajinan sapu glagah tradisional terkemuka di Purbalingga. Mengulas tuntas UMKM berbasis sumber daya lokal, proses produksi, sinergi dengan sektor agraris yang kuat, dan data desa terkini.
-
Pusat Industri Sapu Glagah
Penaruban merupakan pusat produksi utama sapu glagah di Purbalingga, dengan keahlian turun-temurun dalam mengolah tanaman glagah menjadi alat rumah tangga yang esensial.
-
Ekonomi Kerakyatan Berbasis Sumber Daya Lokal
Perekonomian desa secara berkelanjutan ditopang oleh pemanfaatan tanaman glagah, menciptakan model ekonomi yang mandiri dan berakar pada kearifan lokal.
-
Ketahanan Ekonomi Ganda
Desa ini memiliki fondasi ekonomi yang tangguh berkat sinergi antara industri kerajinan sapu yang dinamis dengan sektor pertanian yang stabil sebagai penjaga ketahanan pangan.

Di tengah gempita produk rumah tangga modern yang serba pabrikan, sebuah desa di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, dengan tekun menjaga sebuah warisan kerajinan yang sederhana namun esensial. Inilah Desa Penaruban, kawasan yang dikenal sebagai sentra utama industri sapu glagah, di mana tangan-tangan terampil warganya mengubah sebatang tanaman yang sering dianggap liar menjadi alat kebersihan yang menjangkau jutaan rumah tangga. Penaruban adalah contoh nyata ekonomi kerakyatan yang tumbuh dari bawah, berakar pada pemanfaatan sumber daya alam lokal dan dihidupi oleh semangat kewirausahaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Hingga Juni 2025, desa ini terus meneguhkan posisinya sebagai pemasok utama sapu tradisional yang berkualitas. Jauh dari sekadar aktivitas ekonomi, pembuatan sapu glagah di Penaruban merupakan sebuah narasi tentang ketekunan, kegunaan dan martabat sebuah kerajinan tangan yang menolak untuk usang ditelan zaman, sekaligus menjadi tulang punggung bagi kesejahteraan ratusan keluarga.
Sapu Glagah: Dari Tanaman Liar menjadi Tulang Punggung Ekonomi
Ikon dan motor penggerak utama ekonomi Desa Penaruban ialah industri kerajinan sapu glagah. Glagah (nama latin: Saccharum spontaneum) merupakan sejenis tanaman rumput tinggi yang bunganya, ketika kering, memiliki serat yang kuat dan efektif untuk membersihkan debu dan kotoran. Potensi inilah yang ditangkap dan diolah secara turun-temurun oleh masyarakat Penaruban.
Proses Produksi yang Menjaga Tradisi
Pembuatan sapu glagah di Penaruban masih mempertahankan metode tradisional yang mengandalkan keterampilan manual. Prosesnya meliputi beberapa tahapan:
- Panen dan PengeringanBunga glagah dipanen pada tingkat kematangan yang tepat, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga benar-benar kering dan ringan.
- Penyortiran dan PembersihanBunga yang sudah kering disortir untuk memilih serat terbaik dan dibersihkan dari kotoran atau daun yang menempel.
- Pengikatan (Nali)Ini merupakan tahap paling krusial. Para pengrajin dengan cekatan mengikat serat-serat glagah pada sebuah gagang kayu menggunakan tali atau kawat khusus. Kekuatan dan kerapian ikatan menentukan kualitas dan keawetan sapu.
- FinishingTahap akhir meliputi perapian ujung-ujung sapu dan terkadang penambahan aksesoris sederhana untuk mempercantik tampilan.
Rantai Pasok dan Jangkauan Pasar
Industri ini membentuk sebuah ekosistem ekonomi yang lengkap di tingkat desa. Ada warga yang fokus mencari dan memasok bahan baku glagah, ada yang khusus membuat gagang kayu, dan mayoritas menjadi pengrajin sapu. Produk jadi dari Penaruban kemudian didistribusikan secara luas. Para pengepul atau tengkulak dari berbagai daerah datang langsung ke desa untuk membeli dalam jumlah besar, yang kemudian mereka pasarkan ke berbagai pasar tradisional di seluruh Jawa Tengah bahkan hingga ke luar provinsi.
Geografis dan Demografi Masyarakat Pengrajin
Desa Penaruban memiliki luas wilayah 212,30 hektare (2,12 km²). Sebagian wilayahnya merupakan lahan pertanian, sementara sebagian lainnya menjadi area pemukiman di mana aktivitas produksi sapu glagah berlangsung di halaman-halaman rumah.
Menurut data kependudukan terbaru, Desa Penaruban dihuni oleh 4.498 jiwa, yang terdiri dari 2.274 penduduk laki-laki dan 2.224 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah tersebut, kepadatan penduduknya berada di angka 2.119 jiwa per kilometer persegi. Industri sapu glagah ini memberikan lapangan pekerjaan yang inklusif, melibatkan laki-laki dan perempuan dari berbagai kelompok usia.
Secara administratif, Desa Penaruban terbagi menjadi 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kode Pos untuk desa ini adalah 53382.
Pertanian sebagai Fondasi yang Tak Tergantikan
Meskipun terkenal dengan industri sapu glagahnya, Desa Penaruban tidak meninggalkan sektor pertanian. Justru, pertanian menjadi fondasi kedua yang menopang ekonomi desa dengan sangat kokoh. Lahan-lahan sawah yang subur dimanfaatkan secara optimal untuk menanam padi, yang menjadi sumber utama ketahanan pangan bagi seluruh warga.
Keberadaan sektor pertanian memberikan diversifikasi dan stabilitas ekonomi. Ketika permintaan sapu glagah mungkin mengalami pasang surut, hasil panen dari sawah memastikan bahwa kebutuhan pokok keluarga tetap aman. Model ekonomi ganda ini—mengandalkan industri kerajinan dan pertanian sekaligus—menjadikan masyarakat Desa Penaruban memiliki tingkat ketahanan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan jika hanya bergantung pada satu sektor.
Dinamika Sosial dan Warisan Keterampilan
Keterampilan membuat sapu glagah diwariskan secara informal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak belajar dengan mengamati dan membantu orang tua mereka setelah pulang sekolah. Proses ini menjadikan keahlian tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas keluarga dan komunitas.
Kehidupan sosial di desa ini terjalin erat melalui interaksi di bengkel-bengkel kerja rumahan dan aktivitas di sawah. Semangat gotong royong dan saling membantu masih sangat terasa. Hubungan antara pemasok bahan baku, pengrajin, dan pengepul seringkali didasarkan pada kepercayaan dan relasi sosial yang telah terbangun lama, menciptakan iklim usaha yang komunal dan solid.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Sebagai industri tradisional, kerajinan sapu glagah di Penaruban menghadapi sejumlah tantangan modern yang perlu diantisipasi:
- Persaingan dengan Produk SubstitusiGempuran sapu berbahan plastik atau ijuk sintetis yang diproduksi massal oleh pabrik menjadi pesaing utama di pasar.
- Ketersediaan Bahan BakuPerubahan tata guna lahan terkadang dapat memengaruhi ketersediaan tanaman glagah liar, yang dapat mengancam keberlanjutan pasokan.
- Regenerasi PengrajinMemastikan generasi muda tetap tertarik untuk melanjutkan warisan kerajinan ini di tengah banyaknya pilihan profesi lain.
Namun peluang untuk berkembang dan memperkuat posisi pasar tetap terbuka lebar:
- Branding dan PemasaranMengembangkan merek "Sapu Glagah Penaruban" sebagai produk ramah lingkungan (eco-friendly) yang berkualitas tinggi. Ini bisa menjadi nilai jual lebih untuk menyasar segmen pasar yang peduli terhadap isu lingkungan.
- Inovasi Desain dan ProdukMenciptakan inovasi pada desain gagang, warna tali pengikat, atau bahkan mengembangkan produk turunan lain dari bahan glagah untuk meningkatkan nilai tambah.
- Penguatan KelembagaanMengoptimalkan peran BUMDes atau membentuk koperasi pengrajin untuk meningkatkan posisi tawar, mengefisienkan rantai pasok, dan menjajaki saluran pemasaran baru, termasuk e-commerce.
Desa Penaruban mengajarkan bahwa nilai ekonomi tidak selalu datang dari kemewahan atau teknologi canggih, tetapi dari kegunaan, ketekunan, dan kearifan dalam memanfaatkan alam. Dalam setiap helai sapu glagah yang dihasilkannya, tersimpan cerita tentang kerja keras, kemandirian, dan martabat sebuah kerajinan yang terus relevan dan menolak untuk dilupakan oleh zaman.